PERCOBAAN
V
ELEKTROLISIS
A.
Tujuan
Mengamati dan menganalisis proses elektrolisis .
B.
Dasar
Teori
Elektrokimia adalah kajian reaksi
redoks yang dilaksanakan sedemikian sehingga di dalam sistem itu dapat
ditentukan potensial listrik yang dapat diukur. Di dalam sebuah sel volta
sebuah reaksi redoks spontan membangkitkan arus listrik yang mengalir lewat
rangkaian luar. Semua sel elektrokimia harus mempunyai rangkaian dalam, ion
dapat mengalir dalam bentuk ionnya berdifusi. Beberapa tipe sel tertentu
menggunakan jembatan garam untuk maksud tertentu. Dalam masing-masing sel
oksidasi berlangsung pada anoda dan reduksi berlangsung pada katoda .
1.
Sel dan elektrolisis
Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan
spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi
listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam arah kebalikan dengan arah
potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial sel akan
diinduksi. Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini
diinduksi dengan energi listrik. Proses ini disebut elektrolisis. Pengisian baterai
timbal adalah contoh elektrolisis.
2. Susunan Sel
Elektrolisis
Reaksi
elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode, yaitu
oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada
potensial elektrode dari spesi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut.
a.
Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi
yang potensial reduksinya paling besar
b.
Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah
spesi yang potensial oksidasinya paling besar
Berdasarkan
ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi-reaksi elektrolisis . Namun
demikian perlu juga dipahami bahwa potensial electrode juga dipengaruhi konsentrasi
dan jenis elektrodenya.
a.
Reaksi-Reaksi di Katode (Reduksi)
Reaksi di
katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif (logam IA, IIA, Al dan Mn) , yaitu logam-logam yang potensial
standar reduksinya lebih kecil (lebih negative daripada air), maka air yang
akan tereduksi. Sebaliknya, kation selain yang disebutkan di atas akan
tereduksi.
b.
Reaksi-Reaksi di Anode (Oksidasi)
Elektrode
negative (katoda) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karena logam
tidak ada kecenderungan menyerap electron membentuk ion negatif. Akan tetapi
elektrode positif (anode) mungkin saja ikut bereaksi , melepas elektron dan
mengalami oksidasi. Kecuali Pt dan Au, pada umumnya logam mempunyai potensial
oksidasi lebih besar daripada air atau anion sisa asam. Oleh karena itu , jika
anode tidak terbuat dari Pt, Au atau grafit maka anode itu akan teroksidasi.
Elektroda
Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi).
Jika anode terbuat dari elektrode inert maka reaksi anode bergantung pada jenis
anion dalam larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO42,
NO3-, PO43- dan F-,
mempunyai potensial oksidasi lebih negatif daripada air . Anion-anion seperti
itu sukar dioksidasi sehingga air yang teroksidasi.
2H2O(l) à 4H+(aq) + O2(g)
+ 4e
Jika anion
lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br-, dan I-,
maka anion itu yang teroksidasi .
Elektrolisis merupakan suatu proses dimana reaksi
kimia terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan
diberikan terhadap elektroda itu. Elektroda yang bermuatan positif disebut
anoda dan elektroda yang bermuatan negatif disebut katoda. Elektroda seperti platina
yang hanya mentransfer elektron dari larutan disebut elektroda inert. Elektroda
reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki reaksi elektroda selama
elektrolisis, terjadilah reduksi pada katoda dan oksidsi pada anoda. Gambaran
umum tipe reaksi elektroda dapat diringkas sebagai berikut:
a)
Arus listrik yang membawa ion akan diubah pada
elektroda
b)
Ion negatif yang sulit dibebaskan pada katoda
menyebabkan pengurangan H2O dan pembentukan H2 dan OH-
dan absorpsi elektron.
c)
Ion negatif
yang sulit dibebaskan pada anoda menyebabkanpengurangan H2O dan
electron.
Elektrolisis menurut Ashory adalah peristiwa
penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik. Jika dalam sel volta
energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel elektrolisis yang
terjadi adalah sebaliknya, yaitu energi listrik diubah menjadi energi kimia.
Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan atau leburan elektrolit,
akan diperoleh reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis. Faktor yang
menentukan reaksi kimia elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan)
elektrolit yang berbeda ada yang bersifat inert (tak aktif) dan elektoda tak
inert. Hasil elektrolisis dapat disimpulkan ; reaksi pada katoda (katoda tidak
berperan) ada K+, Ca2+, Na+, H+.
Dari asam dan logam lain (Cu2+), reaksi pada anoda, untuk anoda
inert ada OH-, Cl-, Br-, dan I- dan
sisa asam lainnya serta anoda tidak inert (bukan Pt dan C).
Sel galvani (menurut Strjer) dapat menghasilkan arus
listrik bila reaksi berlangsung spontan. Sel elektrolit menggunakan elektrolit
untuk menghasilkan perubahan kimia. Proses elektrolisis meliputi pendorongan
arus listrik melalui sel untuk menghasilkan perubahan kimia dimana potensi
potensial sel adalah negatif.
Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan
untuk mendesak elektron agar mengalir dalam arah yang berlawanan denga aliran
spontan. Hubungan antara jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan
kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting
yang dicarikan jawabannya oleh Michael Faraday (1791-1867). Hukum Faraday pertama
tentang tentang elektrolisis menyatakan bahwa “jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan
listrik yang melewati suatu elektrolisis”. Hukum kedua tentang
elektrolisis menyatakan bahwa : “Sejumlah
tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa
saja dalam suatu elektrolisis”.
Berikut ini adalah beberapa nilai potensial elektrode
standar pada suhu 25o C dari beberapa senyawa :
Setengah Reaksi Reduksi
|
Potensial Standar
E2(volt)
|
Li+(aq) + e- à Li(s)
K+ (aq) + e- à K(s)
2H2O(aq) + 2e- à 2OH-(aq)
+ H2(g)
Na+(aq) + e- à Na(s)
Mg2+(aq) + 2e- à Mg(s)
Al3+(aq) + 3e- à Al(s)
Zn2+(aq) + 2e- à Zn(s)
Cr3+(aq) + 3e- à Cr(s)
Fe2+(aq) + 2e- à Fe(s)
Cd2+(aq) + 2e- à Cd(s)
Ni2+(aq) + 2e- à Ni(s)
Sn2+(aq) + 2e- à Sn(s)
Pb2+(aq) + 2e- à Pb(s)
Fe3+(aq) + 3e- à Fe(s)
2H2(aq) + 2e- à H2(s)
Sn4+(aq) + 4e- à Sn(s)
Cu2+(aq) + e- à Cu+(s)
Cu2+(aq) + 2e- à Cu(s)
ClO4-(aq) + H2O + 2e- à ClO3-(aq) + 2 H2O(aq)
AgCl(s) + 2e- àAg(s) + Cl-(aq)
ClO3-(aq) + H2O(l) + 2e- àClO2-(aq) + 2OH-(aq)
IO-(aq) + H2O(l) + 2e- à I- (aq)
+ 2OH-
I2(aq) + 2e- à 2I-(aq)
ClO2-(aq) + H2O(l)+2e- à ClO- (aq)+
2OH-(aq)
Fe3+(aq) + e- à Fe2+(aq)
Hg2+(aq) + 2e- à Hg(s)
ClO-(aq) + H2O(l)+2e- à Cl- (aq)+
2OH-(aq)
2Hg2+(aq) + 2e- à Hg22+(aq)
NO3– (aq) + 4H+ +
3e- à NO(g) + 2H2O(l)
Br2(l) + 2e- à 2Br(aq)
Cl2(g) + 2e- à 2Cl(aq)
Ce4+(aq) + e- à Ce3+(aq)
Co3+(aq) + e- à Co2+(aq)
S2O82-(aq) + 2e- à 2SO42- (aq)
Fe2(g) + 2e- à 2F-(s)
H2O2
(aq) + 2H+ (aq)+ 2e- à 2H2O(l)
O2(g) + 4H+(aq) + 4e-à 2H2O(aq)
|
-30,4
-2,93
-0,83
-2,71
-2,38
-1,66
-0,76
-0,74
-0,41
-0,40
-0,23
-0,14
-0,13
-0,04
0,00
0,15
0,16
0,34
0,35
0,22
0,35
0,49
0,53
0,59
0,77
0,80
0,90
0,90
0,96
1,07
1,36
1,44
1,82
2,01
2,87
1,78
1,23
|
3.
Hukum elektrolisis Faraday
Di awal abad
ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam
sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia
merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833. Bunyi hukum elektrolisis
Faraday adalah sebagai berikut :
a.
Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding
dengan jumlah arus listrik yang melalui sel.
b.
Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel,
jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis
zat. Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam
monovalen adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya.
Coulomb adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan
bila arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah
konstanta Faraday F, 9,65 x104 C, yang didefinisikan sebgai
kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk
menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus
listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu .
4. Penggunaan
Elektrolisis
Elektrolisis
yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera mengikuti dan
dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini
elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis
khususnya bermanfaat untuk produksi logam dengan kecenderungan ionisasi tinggi
(misalnya aluminum). Produksi aluminum di industri dengan elektrolisis dicapai pada
tahun 1886 secara independen oleh penemu Amerika Charles Martin Hall
(1863-1914) dan penemu Perancis Paul Louis Toussaint Héroult (1863-1914) pada
waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan lelehan Na3AlF6
sebagai pelarut bijih
Sebagai
syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda.
Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan
menggunakan larutan dalam air. Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan
dalam air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah direduksi daripada ion
aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
2H2O
+2e- à H2
+ 2OH- Eosel
= -0,828 V
Metoda lain
adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3
meleleh pada suhu sangat tinggi 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi
ini jelas tidak realistik. Namun, titik leleh campuran Al2O3
dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 °C, dan suhu ini mudah
dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai
oksida logam sebagai pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida
aluminum yang amfoter yang larut. Bahan yang tak larut disaring, dan karbon
dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan hidrolisis garamnya.
Alumina akan diendapkan.
Al2O3(s) + 2OH-(aq)
à 2AlO2-
(aq) + H2O(l)
2CO2 + 2AlO2 -(aq)
+ (n+1)H2O(l) à 2HCO3-
(aq) + Al2O3·nH2O(s)
Alumina yang
didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam
lelehnya dielektrolisis. Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar
awalnya alumina bereaksi dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi
elektrolisis berlangsung.
Al2O3 + 4AlF63- à 3Al2OF62- +
6F-
Reaksi
elektrodanya adalah sebagai berikut.
Elektroda negatif: 2Al2OF62-
+ 12F- + C à 4AlF63-
+ CO2 + 4e-
Elektroda positif: AlF63-
+ 3e- à Al + 6F-
Reaksi total: 2Al2O3
+ 3C à 4Al + 3CO2
Kemurnian aluminum yang didapatkan
dengan prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum digunakan dalam kemurnian ini
atau sebagai paduan dengan logam lain. Sifat aluminum sangat baik dan harganya
juga tidak terlalu mahal. Namun, harus diingat bahwa produksi aluminum
membutuhkan listrik dalam jumlah sangat besar.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Adaptor
atau batrai 9 volt lengkap dengan kabel jepit buaya, 1 set
b. Botol
semprot, 1 buah
c. Corong
saring, 1 buah
d. Elektroda
karbon, 2 buah
e. Papan
tetes, 1 buah
f. Pipet
tetes, 1 buah
g. Statif
dan klem, 1 set
h. Tabung
U, 1 buah
2. Bahan
a. Larutan
kalium iodida, KI 0.5 M
b. Indikator
phenoftalin, pp
D.
Prosedur
Kerja
1. Dimasukkan
laritan kalium iodida 0,5 M ke dalam tabung U.
2. Dimasukkan
kedua elektroda karbon ke masing-masing permukaan tabung U dengan sumber arus
searah 9 volt, selama beberapa menit. Lalu putuskan arus.
3. Diperhatikan
perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda.
E.
Hasil
Pengamatan
Tabel 5.1 elektrolisis larutan kalium
iodida dan tembaga (II) sulfat
Larutan
|
Anoda
|
Katoda
|
KI
|
Karbon :
-
warna larutan kuning kecoklatan,
+ Indikator pp
-
Warna larutan tetap
|
Karbon :
-
Warna larutan tetap (bening)
-
Ada gelembung gas
+ Indikator
pp
-
Warna larutan merah muda
|
F.
Pertanyaan
1. Elektrolisis
larutan kalium iodida 0,5 M dengan elektroda karbon
a. Larutan
elektrolit :
KI
b. Spesi
(unsur, molekul atau ion) :
K+, I-, C, H2O
dalam sel elektrolisis
c. Spesi
yang tidak bereaksi :
C (carbon)
Jelaskan!
Jawab :
Karena karbon merupakan
elektroda inert, elektroda yang sulit atau tidak bereaksi
d. Spesi
yang mungkin bereaksi di anoda : H2O dan I-
e. Spesi
yang mungkin bereaksi di katoda :
H2O dan K+
f. Tuliskan
persamaan reaksi 1.d dan 1.e lengkap dengan potensial reduksi dan oksidasinya!
Jawab :
Anoda (reaksi oksidasi)
-
2I-(aq) à I2(s) + 2e- Eosel = - 0,53 V
-
2H2O(aq) à O2(g) + 4H+(aq)
+ 4e- Eosel
= - 1,23 V
Katoda
(reaksi reduksi )
-
K+ (aq) + e- à K(s) Eosel = - 2,93
V
-
2H2O(aq) + 2e- à 2OH-(aq) + H2(g) Eosel
= - 0,83 V
g. Katoda
: 2H2O(aq) + 2e- à 2OH-(aq) + H2(g) Eosel = - 0,83 V
Anoda : 2I-(aq) à I2(s) + 2e- Eosel = - 0,53 V
+
Sel : 2H2O(aq) + 2I-(aq) à 2OH-(aq)
+ H2(g) + I2(s) Eosel
= - 1,36 V
h.
Jelaskan gejala-gejala yang terjadi
dikatoda dan anoda dalam hubungannya dengan reaksi yang terjadi !
Jawab :
Pada
katoda (elektroda karbon), setelah dilakukan elektrolisis tidak terjadi
perubahan warna, namun timbul gelembung gas, ini dikarenakan pada katoda
terjadi reaksi reduksi adalah air yang menghasilkan gas hidrogen serta OH-
yang dibuktikan ketika penambahan indikator pp maka mengubah warna larutan dari
bening menjadi merah muda atau ungu yang menunjukkan bahwa larutan bersifat
basa.
Pada
anoda (eletroda karbon), setelah elektrolisis dilakukan, terjadi perubahan warna
larutan menjadi kuning kecoklatan dari I2, dikarenakan pada anoda terjadi
reaksi oksidasi I- menjadi I2.
i.
Apa maksud pengguanaan indikator pp
Jawab :
Maksud dari penggunaan indikator
ppadalah untuk membuktikan bahwa pada katode telah terjadi reaksi reduksi H2O
yang menghasilkan ion OH-. Ion OH- merupakan suatu basa,
sehingga diperlukan indikator pp yang merupakan indikator basa dengan perubahan
warna dari bening menjadi merah muda.
G.
Pembahasan
Pada percobaan
yang berjudul elektrolisis bertujuan untuk mengamati dan menganalisis proses
elektrolisis. Elektrolisis merupakan proses yang berlangsung tak spontan, yakni
reaksi yang memerlukan arus listrik menghasilkan reaksi reduksi oksidasi.
Pada percobaan
ini dilakukan elektrolisis larutan KI dengan elektroda karbon. Larutan kalium
iodida merupakan larutan elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik.
Karena larutan kalium iodida merupakan senyawa ion yang bila dilarutkan dengan air akan terurai menjadi ion-ion
positif dan ion negatif yaitu K+ dan I-. Dalam reaksi
elektrolisis yang tidak akan terjadi secara spontan, maka energi listrik perlu digunakan
untuk menghasilkan suatu perubahan kimia, cara yang digunakan yakni,
menghubungkan elektrode dengan sumber dari energi luar, energi ini bisa didapat
dari power supply atau sumber arus searah. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda karena memerlukan elektron
dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda, akibatnya katoda
bermuatan negatif dan menarik kation-kation
yang akan tereduksi. Sebaliknya,
anoda bermuatan positif dan
menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas.
Pada sistem
elektrolisis ini digunakan elektroda karbon pada anoda dan katoda. Elektroda
karbon bersifat inert, inert yaitu tidak
ikut bereaksi. Sehingga spesi yang memungkinkan bereaksi di katoda
adalah K+ dan H2O, sedangkan spesi yang mungkin bereaksi di
anoda adalah I- dan H2O. Pada percobaan ini spesi yang
terjadi di anode adalah I- dan spesi yang terjadi di katode adalah H2O.
Spesi yang
terjadi di anode dan katode dapat diketahui berdasarkan besar kecilnya harga
potensial reduksi. Berdasarkan teori mengenai harga potensial reduksi, spesi yang
terjadi di katoda adalah H2O karena harga potensial reduksi lebih
besar daripada K+ yaitu -0,83 volt sementara harga potensial reduksi
K+ adalah -2,92 volt. H2O akan tereduksi menjadi H2 dibuktikan
dengan muncul gelembung gas dan OH yang dapat dilihat setelah ditambahkan indikator
pp akan terjadi perubahan warna menjadi pink atau merah muda. Indikator pp berfungsi
untuk mendeteksi kebasaan suatu larutan. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2H2O (l) + 2e- à H2(g) + 2OH-(g) Eosel
= -0,83 volt
Sedangkan pada anoda yang
teroksidasi ialah spesi yang memiliki harga potensial oksidasi tinggi atau
potensial reduksi paling kecil yaitu I- (-0,54 volt). I- akan teroksidasi
menjadi I2 dengan ditandai perubahan warna larutan menjadi kuning
kecoklatan yang merupakan warna khas dari iodin atau I2. Ketika ditambahkan
indikator pp tidak terjadi perubahan warna.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2I- (aq) à I2 (s) + 2e- Eosel
= -0,54 volt
H.
Kesimpulan
Dari percobaan elektrolisis
larutan KI yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Sistem
elektrolis berlangsung tak spontan sehingga diperlukan sumber arus searah agar
dapat terjadi perubahan kimia, reaksi kimia ini dilihat dari adanya proses
reduksi oksidasi.
Pada proses
elektrolisis ini di katoda yang tereduksi adalah air (H2O), yang
dapat diamati dari perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda
setelah ditambahkan indikator pp, yang artinya larutan ini bersifat basa sebab
H2O tereduksi menjadi OH-. Sedangkan di anoda yang
teroksidasi adalah I- , hal ini dapat dilihat dari adanya warna
kuning kecoklatan pada anoda yang menandakan bahwa I- bereaksi dan
menjadi iodium (I2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar