Rabu, 25 April 2012

RINGKASAN MATERI EVALUASI BELAJAR


BELAJAR PEMBELAJARAN
RANGKUMAN
BUKU EVALUASI BELAJAR 


DITULIS OLEH :
SRI INDAH DEWI SARTIKAWATI
NIM. 1005025009

Program Studi : Pendidikan Kimia 2010
Kelas : Reguler Pagi


BAB I
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI EVALUASI BELAJAR

A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi dapat didefinisikan  sebagai pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi perubahan pada diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Dalam istilah asing pengukauran adalah measuremen sedangkan penilaian adalah evaluasi.
Ada dua langkah yang dapat diambil sebelum meakukan evaluasi yaitu mengukur dan menilai. Mengukur merupakan kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif. Menilai merupakan kegiatan lanjutan dari  mengukur dengan mengambil keputusan terhadap sesuatau yang baik atau buruknya hal yang di nilai yang sifatnya kualitatif, kemudian evaluasi dapat dilaksanakan setelah kagiatan mengukur dan menilai telah selesai  dilaukan.

B.     Tujuan Evaluasi Pendidikan
Tujuan dilaksanakannya evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami dan memecahkan masalah yang dihadapinya, dengan adanya evaluasi belajar ini guru dapat melihat apakah meteri yang diajarkan telah tepat atau belum, guru juga mampu mengetahui apakah metode belajar yang digunakan dalam menyampaikan meteri telah sesuai atau belum.
Tujuan evaluasi bagi siswa adalah ada tidaknya kepuasan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan. Siswa akan merrasa puas  saat mendapatkan nilai yang memuaskan dan akan merasa kecewa ketika nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkannya.
Tujuan evaluasi bagi sekolah adalah adanya penyesuaian kondisi lingkungan sekolah agar siswa dapat lebih meningkatkan kualitas belajarnya, dengan evaluasi dan adanya laporan dari masing-masing guru, maka dari tahun ke tahun dapat dilakukannya penyesuaian kurikulum agar sesuai dengan standar yang ditetapkan. 


C.     Fungsi Evaluasi Pendidikan
Ada beberapa fungsi dari evaluasi diantaranya adalah sebagai seleksi yakni untuk kegiatan seleksi penerimaan siswa baru di sekolah, seleksi kenaikan kelas, seleksi untuk siswa yang berhak mendapatkan beasiswa,dan lain sebagainya. Kemudian evaluasi juga berfungsi untuk mendiagnosis kelamahan siswa, evaluasi  juga dapat digunakan sebagai penempatan yang difungsikan agar siswa dapat ditempatkan sesuai dengan bakat yang ada dalam diri siswa.  Dan fungsi lain dari evaluasi adalah mengukur sebesar apa keberhasilan yang telah dicapai  oleh siswa. 


BAB II
PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK EVALUASI

A.    Prinsip-prinsip Evaluasi
Diharapkan beberapa prosedur dari prinsip evaluasi dapat dilaksanakan dengan sempurna agar kegiatan evaluasi dapat berjalan sesuai dengan yang akan dilaksanakan maka prinsip-prinsip evaluasi seperti keterpaduan, keterlibatan siswa, koherensi, pedagogis, dan akuntabilitas dapat dilaksanakan sesuai dengan cara yang ada.   
Keterpaduan artinya adanya Keharmonisan antara waktu pelaksanaan evaluasi dengan tujuan dari instruksional dan materi pengajaran. Keterliatan siswa artinya evaluasi merupakan kegiatan untuk menguji kemampuan siswa, sehingga guru dan siswa   akan dapat mengetahui kemampuan yang siswa miliki. Koherensi adalah adanya penyesuaian antara evaluasi dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Pedagogis dimaksudkan  untuk memperbaiki tingkah laku siswa, sehingga evaluasi dapat digunakan sebagai motifator  untuk siswa. Sedangkan skuntabilitas adalah laporan yang akan di sampaikan kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui hasil belajar dari para siswa.

B.     Teknik Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik non tes dan teknik tes.
1.      Teknik Non Tes
Ada beberapa macam teknik non tes diantaranya :
a.       Skala bertingkat (rating scale)
b.      Kuisioner (questionnaire)
c.       Daftar cocok (check list)
d.      Wawansara (interview)
e.       Pengamatan (observation)
f.       Riwayat hidup.
Pada skala bertingkat menggambarkan kepribadian seseorang yang disajikan dalam bentuk skala data.  Kuisioner merupakan soal atau daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang akan diukur kemampuannya. Kuisioner di bagi menjadi beberapa segi diantaranya :
a.       Ditinjau dari segi yang menjawab, maka ada kuisioner langsung dan tak langsung
b.      Ditinjau dari segi cara menjawabnya, maka ada kuisioner tertutup dan kuisioner terbuka.
Daftar cocok dimaksudkan untuk mempermudah evaluasi, seseorng yang akan dievaluasi hanya perlu membubuhkan tanda centang di tempat yang disediakan. Wawancara atau interview dilakukan satu arah yang artinya responden harus menjawab soal yang diberikan tanpa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan balik kepada pewawancara. Interview dibagi menjadi dua yaitu interview bebas dan interview terpimpin. Pengamatan merupakan teknik yang dilakukan dengan diadakannya pengamatan secara teliti dan pencatatan secara sistematis. Observasi ini ada 3 yaitu :
a.       Observasi partisipan
b.      Observasi sistematika
c.       Observasi eksperimental
Dan terakhir yakni riwayat hidup yang menggambarkan tentang keadaan seseorang selama hidupnya, dengan mengetahui riwayat hidupseseoarang maka evaluasi yang akan dilakukan akan menjadi lebih menarik.

2.      Teknik Tes
Tes merupakan alat yang digunakan dalam evaluasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan bersifat lebih resmi dibandingkan alat-alat lainnya.
Dari kegunaannya tes dibagi menjadi 3 macam tes, diantaranya :
a.       Tes diagnostic, yaitu tes yang dilakukan untuk mengatahui kelemahan-kelemahan dari siswa, agar dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b.      Tes Formatif, yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa slama mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah berjalan.
c.       Tes Sumatif, memilliki makna dalam kegiatan pelaksanaannya yaitu dilakukan diakhir semester  atau setelah beberapa program telah dilaksanakan baru kemudian tes ini dilaksanakan.


BAB III
BERBAGAI TEKNIK EVALUASI

A.    Measurement Model
Merupakan model evaluasi tertua sepanjang sejarah. Tokoh yang mengembangkannya yaitu R.Thorndike dan R.L. Ebel.
1.      Hakikat evaluasi
Pada dasarnya evaluasi merupakan pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan tujuanuntuk mellihat adanya perbedaan antar individu atau kelompok yang hasil ini sangat diperlukan untuk kegiatan seleksi, bimbingan dan lain sebagainya.
2.      Ruang Ringkup Evaluasi
Objek dari evaluasi ini adalah tingkah laku siswa, dan pengetaahuan kognitif siswa.
3.      Pendekatan
Perlu digunakan alat ukur yang baku atau bersifat standar dalam melakukan kegiatan evauasi.  

B.     Congruence Model
Model kedua ini dikemukakan oleh tokoh yang bernama Ralp W. Tylor , John B. Carroll dan Lee J. Cronbach
1.      Hakikat evaluasi
Evaluasi ini memilliki upaya untuk menyesuaikan tujuan pendidikan dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2.      Ruang Lingkup
Sasaran utama dari evaluasi ini adalah tingkah laku siswa yang dari segi keteerampialan dan sikap.
3.      Pendekatan
Pendekatan yang digunakan untuk menyempurnakan kegiatan evaluasi yang telah ada sebelunnya.

C.     Education System Evaluation Mode
Teori ini dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake dan Malcom M. Provus.
1.      Hakikat
Evaluasi ini memiliki 4 makna pertama ditujukan pada sistem yang sedang dikembangkan kedua ditujukan untuk perbandingan performa dan kriteria, ketiga adanya kesimpulan dari hasil evaluasi dan keempat evaluasi digunakan sebagai bahan perbaikan atau penyempurnaan.
2.      Ruang Lingkup
Objek evaluasi mencakup 3 dimensi yakni peralata/sarana, proses dan hasil yang dicapai. Datanya dapat berupa data objektif dan subjektif.
3.      Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam evaluasi ini adalah perbandingan berdasarkan kriteria ekstern dan intern.

D.    Illuminative Model
1.      Hakikat
Evaluasi ini dilakukan berdasarkan adanya kecermatan dalam pelaksanaannya di lapangan
2.      Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari evaluasi ini mencakup ruang lingkup objek dari kurikulum yang bersifat terlihat dan tersembunyi.
3.      Pendekatan
Pendekatan evaluasi ini bersifat terbuka cara yang ditempuh dengan melakukan observasi, wawancara dan analisis bahan dokumentasi.  


DAFTAR PUSTAKA


Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta

Sabtu, 14 April 2012

MAKALAH PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES SAINS




MAKALAH
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
DISUSUN OLEH :


1.    Ayu Nieng Tiyas S. (1005025029)


2.    Bidrotul Ulfa (1005025128)


3.    Dian Seftivany (1005025055)


4.    Maria Erviana (1005025010)
5.    Sri Indah D.S (1005025009)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2011


 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan. Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa. Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.
Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat, siswa mungkin saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

1.2   Rumusan Masalah
a.       Menjelaskan pengertian dari belajar keterampilan proses sains
b.      Mendeskripsikan prinsip dan karakteristik belajar keterampilan proses sains
c.       Menyebutkan langkah-langkah pembelajaran dalam keterampilan proses sains
d.      Menyebutkan indikator-indikator dalam belajar keterampilan proses sains
e.       Memberikan contoh deskripsi dalam belajar keterampilan proses sains


1.3  Tujuan
a.       Dapat mengetahui pengertian dari belajar keterampilan proses sains
b.      Dapat mendeskripsikan prinsip dan karakteristik belajar keterampilan proses sains
c.       Dapat menyebutkan langkah-langkah pembelajaran dalam keterampilan proses sains
d.      Dapat menyebutkan indikator-indikator dalam belajar keterampilan proses sains
e.       Dapat memberikan contoh deskripsi dalam belajar keterampilan proses sains

1.4  Manfaat
Pembaca dapat mengetahui prinsip, langkah-langkah, karakteristik, indikator-indikator dari pembelajaran keterampilan proses sains.








BAB II
DASAR TEORI

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif (CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut:
(1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan;
(2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan;
(3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan (Dimyati dan Mudjino, 2002:139).
Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.  
Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.
Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses dapat dilakukan pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat kerumitan, metode dan sistem pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswi.

BAB III
PEMBAHASAN

      3.1. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam  pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep sains. Siswa dapat  membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.
Keterampilan proses ialah keterampilan intelektual / keterampilan berpikir yang membuat siswa kreatif dan dapat menolong siswa bagaimana belajar. Keterampilan prosessains diperlukan dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian hari.

3.2.  Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Keterampilan Proses Sains.
Ada enam karakterteristik dasar keterampilan proses sains, diantarnya:
a.       Pengamatan (Observation)
b.      Komunikasi (Communication)
c.       Pengelompokan (Classification)
d.      Pengukuran (Measurement)
e.       Kesimpulan (Inference)
f.       Ramalan (Prediction)
Enam karakteristik dari keterampilan dasar tersebut sangat penting baik secara individu maupun ketika berkelompok.
a.       Pengamatan
Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita mengamati benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita, yang berarti kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau, nula lilin  lemah,dll). Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitas adalah pengamatan kuantitatif misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak mengherankan, jika siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang baik.
Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Kita dapat mendorong siswa untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang mereka gunakan.
b.      Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunakan rujukan (referensi). Kita mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, kita telah membuka pintu kesalahpahaman. Jika kita hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunakan ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.
c.       Pengukuran
Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamati dan berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa benda, kita membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk memberitahu kita berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar. menggambar. Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.
d.      Pengelompokan
Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memilah objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam.
Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua metode lainnya  adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikasi biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang punggung dan hewan dengan tanpa  tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik kelompok lain.
e.       Kesimpulan
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi,  didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan  tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.
K
ita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya kita lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Kita juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulan kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.

f.       Ramalan
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan kita untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus  berdasarkan kesimpulan kita atau hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada inferensi /hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains, dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif terhadap sains