MAKALAH
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
DISUSUN
OLEH :
1. Ayu
Nieng Tiyas S. (1005025029)
2. Bidrotul
Ulfa (1005025128)
3. Dian
Seftivany (1005025055)
4. Maria
Erviana (1005025010)
5. Sri
Indah D.S (1005025009)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian
atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian integral
yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan. Dalam konteks
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur
perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan
belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa. Dengan demikian, penilaian
dilakukan secara terus menerus guna memastikan terjadinya kemajuan dalam
belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar
menentukan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya
bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.
Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat
mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam keterbatasannya
pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang telah ditemukan oleh
para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional dapat dilakukan adalah
siswa harus memahami metodologi kerja sains dan memiliki keterampilan dalam
kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki
kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat,
siswa mungkin saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Menjelaskan
pengertian dari belajar keterampilan proses sains
b. Mendeskripsikan
prinsip dan karakteristik belajar keterampilan proses sains
c. Menyebutkan
langkah-langkah pembelajaran dalam keterampilan proses sains
d. Menyebutkan
indikator-indikator dalam belajar keterampilan proses sains
e. Memberikan
contoh deskripsi dalam belajar keterampilan proses sains
1.3 Tujuan
a. Dapat
mengetahui pengertian dari belajar keterampilan proses sains
b. Dapat
mendeskripsikan prinsip dan karakteristik belajar keterampilan proses sains
c. Dapat
menyebutkan langkah-langkah pembelajaran dalam keterampilan proses sains
d. Dapat
menyebutkan indikator-indikator dalam belajar keterampilan proses sains
e.
Dapat memberikan contoh deskripsi
dalam belajar keterampilan proses sains
1.4 Manfaat
Pembaca
dapat mengetahui prinsip, langkah-langkah, karakteristik, indikator-indikator
dari pembelajaran keterampilan proses sains.
BAB
II
DASAR
TEORI
Pendekatan
keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan
pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan
hasilnya. Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang sekarang dikenal
dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif (CBSA) masih belum
banyak terwujud, serta pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar
secara individual.
Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Dimyati dan
Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil
dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut:
(1) Pendekatan
keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa
terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami
fakta dan konsep ilmu pengetahuan;
(2) Pembelajaran melalui
keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan
sejarah ilmu pengetahuan;
(3) Keterampilan proses
dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu
pengetahuan. Pendekatan Keterampilan
Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak
sebagai seorang ilmuwan (Dimyati dan Mudjino, 2002:139).
Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa
dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan
fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain
itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan
dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Menurut
Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan aktivitas
penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan
dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.
Menurut
Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses dapat dilakukan
pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat kerumitan, metode
dan sistem pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan tingkat perkembangan
siswi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Pembelajaran Keterampilan
Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang
didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu
proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus
dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun
pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi
proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun
pengetahuan siswa. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang
penting dalam menemukan konsep sains. Siswa dapat membangun gagasan baru
sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan
pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi
juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi
sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.
Keterampilan
proses ialah keterampilan intelektual / keterampilan berpikir yang membuat
siswa kreatif dan dapat menolong siswa bagaimana belajar. Keterampilan prosessains
diperlukan dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian hari.
3.2. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Keterampilan
Proses Sains.
Ada enam karakterteristik
dasar keterampilan proses sains,
diantarnya:
a. Pengamatan
(Observation)
b.
Komunikasi
(Communication)
c.
Pengelompokan (Classification)
d.
Pengukuran
(Measurement)
e.
Kesimpulan (Inference)
f.
Ramalan (Prediction)
Enam karakteristik dari keterampilan dasar tersebut sangat penting baik secara individu maupun ketika berkelompok.
a. Pengamatan
Mengamati adalah keterampilan
proses sains
yang paling awal. Kita mengamati benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita,
yang berarti kita belajar tentang dunia di
sekitar kita. Kemampuan untuk membuat
pengamatan yang baik sangat
penting untuk perkembangan keterampilan
proses sains
lainnya,
yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasi,
mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat hanya
menggunakan indera, yang
biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif (misalnya: daun
berwarna hijau, nula lilin lemah,dll). Pengamatan yang
melibatkan angka
atau kuantitas adalah pengamatan kuantitatif misalnya: massa satu daun adalah lima gram,
jumlah daun bergerombol
dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi
yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak mengherankan, jika
siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan
yang baik.
Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat.
Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang
sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca indera mereka atau dengan
instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan
mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk
menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat,
mereka mungkin hanya menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau
bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume suara namun
tidak pitch atau iramanya. Kita dapat mendorong siswa untuk menambahkan rincian
deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang mereka gunakan.
b. Komunikasi
Komunikasi
adalah keterampilan proses
sains yang
ke dua, bergandengan dengan pengamatan.
Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang
lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami
informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan
menggunakan rujukan (referensi). Kita
mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau lemon
kuning untuk menggambarkan nuansa
biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, kita telah membuka pintu kesalahpahaman. Jika kita hanya mengatakan
panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika
siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunakan ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter
kelereng bisa lebih besar
atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.
c. Pengukuran
Proses tambahan keterampilan
mengukur
menjadi kasus khusus dari
mengamati dan berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa
benda, kita membandingkan benda
tersebut untuk
didefinisikan dengan rujukan
yang
disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian
yaitu
angka untuk memberitahu berapa
banyak, dan nama satuan untuk memberitahu kita berapa banyak dengan
rujukan apa. Siswa dapat
mengkomunikasikan
hasil pengamatan mereka secara lisan,
secara tertulis, atau dengan gambar. menggambar. Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.
d. Pengelompokan
Siswa di
kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam
kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memilah
objek berdasarkan kesamaan,
perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang
lebih baik tentang objek yang
berbeda dari
gejala alam.
Ada beberapa metode
yang berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi
serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat
didasarkan pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikasi biner, satu set objek yang
sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas
dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok yaitu hewan dengan tulang punggung dan hewan dengan tanpa tulang
punggung. Sebuah klasifikasi biner juga dapat dilakukan dengan menggunakan
lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua
sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik kelompok lain.
e. Kesimpulan
Tidak
seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di
sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran
(interpretasi)
yang dibuat
berdasarkan pengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap
lingkungan
di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakan
hipotesis
tentang mengapa
suatu peristiwa dapat
terjadi,
didasarkan pada kesimpulannya
tentang hasil
penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana
membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan
bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam
antara pengamatan dengan tafsiran
mereka
berdasarkan pengamatan
atau kesimpulan.
Kita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.
Kita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.
Seringkali
kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya kita lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu.
Kita juga lebih percaya diri tentang
kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba
untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan
tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil
kesimpulan kesimpulan.
Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi
kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau
bahkan menolak kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja
secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan
pengamatan baru.
f. Ramalan
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan kita untuk
berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan
ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian
yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehingga
mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi
meramal tidak hanya sekedar
menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau hipotesis tentang
peristiwa yang memberi
kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan
lebih besar pada inferensi
/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan
menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu
dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan membuat pembelajaran
memberikan pengalaman yang
lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan
sains serta isi
sains, dan secara aktif
terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan
menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki
sikap lebih positif terhadap sains.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar