MAKALAH
ANALISIS
ION FOSFAT
DISUSUN
OLEH :
Diah Noorsari (1005025060)
Hilmah (1005025065)
Noormila Leliana (1005025054)
Sri Indah Dewi Sartikawati
(1005025009)
Yohana Fransiska Shella
(1005025053)
Pendidikan
Kimia, Regular Pagi
ANION FOSFAT
A.
Ciri
dan Sifat Fosfat
1.
Fosfat berada dalam air alam atau limbah sebagai
senyawa ortofosfat, polifosfat, dan fosfat organic
2.
Fosfor bersifat sebagai zat padat
3.
Titik didih 280° C.
4.
Titik lebur 44.1° C
5.
Pada temperature 1.040° C mengalami disosiasi
B.
Keberadaan
Fosfat Dan Manfaat Fosfat
Analisa kualitatif
merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam
cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya
dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa
pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi
ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.
Fosfor
merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk
pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat
berupa gula fosfat dan hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfo protein.
Sedangkan dalam bentuk senyawa anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat.
Senyawa anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya berada dalam bentuk ion
(orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk
HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan
membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung et al, 1997).
Sumber fosfat
diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai. Karena
sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga
sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di
dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion
H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk
kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan berasal daari sumber
alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari
laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan
terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk pertumbuhan
plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter (Hutagalung et al, 1997).
Fosfat dalam
air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada proses fotosintesis
dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan Nukleotid koenzim).
Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun dalam keadaan gelap.
Ortofosfat (H3PO4) adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak terdapat
dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut
dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut
oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm
akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton. Untuk
konsentrasi dibawah 0,3 µm ada bagian sel yang cocok menghalangi dan sel fosfat
kurang diproduksi. Mungkin hal ini tidak akan terjadi di laut sejak NO3 selalu
habis sebelum PO4 jatuh ke tingkat yang kritis. Pada musim panas, permukaan air
mendekati 50% seperti organik-P. Di laut dalam kebanyakan P berbentuk
inorganik. Di musim dingin hampir semua P adalah inorganik. Variasi di perairan
pantai terjadi karena proses upwelling dan kelimpahan fitoplankton. Pencampuran
yang terjadi dipermukaan pada musim dingin dapat disebabkan oleh bentuk linear
di air dangkal. Setelah musim dingin dan musim panas kelimpahan fosfat akan
sangat berkurang.
Fosfor berperan
dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine
Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). Ortofosfat yang merupakan produk
ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di
perairan . Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber
fosfat. Setelah masuk kedalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat anorganik
mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri
[Fe2(pO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap didasar perairan. Pada saat
terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami reduksi
menjadi ion besi valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat
keperairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat diperairan (Effendi 2003)
Secara rinci
perputaran campuran organik –P yang ditunjukkan di permukaan air secara garis
besar tidak diketahui. Sepenuhnya adalah larutan inorganik fosfor seperti hasil
ionisasi pada H3PO4
H3PO4->H+ + H2PO4
H3PO4->H+ + HPO42-
H3PO4->H+ + PO43-
Pecahan pada bentuk ini dibatasi
oleh pH dan komposisi pada air. Ionisasi konstan untuk tiga tahap penguraian
dapat didefinikan sebagai :
K1 = [H+] [H2PO4] [H3PO4]
K2 = [H+] [HPO42-] [H2PO4-]
K3 = [H+] [PO33-] [HPO42-
Banyak sumber
fosfat yang di pakai oleh hewan, tumbuhan, bakteri, ataupun makhluk hidup lain
yang hidup di dalam laut. Misalnya saja fosfat yang berasal dari feses hewan
(aves). Sisa tulang, batuan, yang bersifat fosfatik, fosfat bebas yang berasal
dari proses pelapukan dan erosi, fosfat yang bebas di atmosfer, jaringan
tumbuhan dan hewan yang sudah mati. Di dalam siklus fosfor banyak terdapat
interaksi antara tumbuhan dan hewan, senyawa organik dan inorganik, dan antara
kolom perairan, permukaan, dan substrat. Contohnya beberapa hewan melepaskan
sejumlah fosfor padat di dalam kotoran mereka.
Dalam perairan
laut yang normal, rasio N/P adalah sebesar 15:1. Ratio N/P yang meningkat
potensial menimbulkan blooming atau eutrofikasiperairan, dimana terjadi
pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Eutrofikasi potensial berdampak
negatif terhadap lingkungan, karena berkurangnya oksigen terlarut yang
mengakibatkan kematian organisme akuatik lainnya (asphyxiation), selain
keracunan karena zat toksin yang diproduksi oleh fitoplankton (genus
Dinoflagelata). Fitoplankton mengakumulasi N, P, dan C dalam tubuhnya, masing –
masing dengan nilai CF (concentration factor) 3 x 104 untuk P, 16(3 x 104)
untuk N dan 4 x 103 untuk C (Sanusi 2006).
Phospat atau fosfat
adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan
empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal, dan
dinotasikan PO43-.
Fosfat merupakan satu
-satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam
diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah
mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di lautan. Proses
terbentuknya endapan fosfat ada tiga:
1.
Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang
bersusunan nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat apatit,
terutama fluor apatit {Ca5(PO4)3F}dalam
keadaan murni mengandung 42 % P2O5 dan 3,8 % F2.
2.
Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang, mineral
fosfat yang terbentuk terutama frankolit.
3.
Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan
ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena
pengaruh air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya endapan fosfat guano
terdiri dari endapan permukaan, bawah permukaan dan gua.
Unsur
P dalam phospat adalah (Fosfor) sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal-awal pertumbuhan,
mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah.
Pada
tanaman jika terjadi kekurangan unsur ini, maka gejala yang tampak pada tanaman
adalah daun berubah tua agak kemerahan, pada cabang, batang, dan tepi daun
berwarna merah ungun yang lambat laun berubah menjadi kuning. pada buah tampak
kecil dan cepat matang.
Fungsi
lain mencegah polimer asam nukleat dari migrasi ke lingkungan hidrofobik
ditemukan dalam selaput sel pada tumbuhan.
Para
ahli kimia menemukan fakta bahwa fosfat sangat diperlukan untuk meningkatkan
produktifitas pertanian. Perubahan pola industri pertanian yang mengarah pada
pola Organik membuat pupuk berbahan fosfat kini mulai dicari.
Fosfat di Indonesia
Fosfat di Indonesia
Fosfat
banyak ditemukan di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah
Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya.
Di
Tuban (Jawa Timur) penambangan fosfat masih dilakukan secara tradisional.
Data statistik menunjukkan jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5
juta ton endapan guano (kadar P2O5= 0,17-43 %).
Pemanfaatan Fosfat
Lebih
dari 90% produksi fosfat di Indonesia, khususnya kalsiumfosfat Ca3(PO4)2,
digunakan untuk keperluan industri pupuk, baik pupuk alam maupun pupuk buatan.
Sisanya dikonsumsi oleh berbagai industri seperti kaca lembaran, karet,
industri kimia, dan lain-lain.
Penggunaan
fosfor dalam bentuk unsur digunakan untuk keperluan fotografi, korek api, bahan
peledak dan lain-lain. Terdapat dua tipe dari unsur fosfor, yaitu fosfor putih
dan fosfor merah.
Fosfor
putih hampir tidak larut dalam air, larut dalam alkohol dan larutan organik
tertentu. Fosfor putih digunakan dalam pembuatan asam fosfat (H3PO4) dan bila
dicampurkan dengan lelehan metal seperti timah dan tembaga menghasilkan alloy
tertentu (special alloy), fosfor dalam bentuk ferro fosfor digunakan dalam berbagai
industri metallurgi, untuk memperoleh logam dengan standar dan keperluan
tertentu.
Deposit
fosfat yang ditemukan di Indonesia mempunyai kadar rendah sampai sedang,
meskipun pada lokasi tertentu dapat mencapai kadar 40% P2O5. Terdapat pada
daerah yang terpencar, berupa endapan fosfat gua atau batugamping fosfatan.
Belum ditemukan deposit dalam jumlah yang cukup besar, kecuali untuk diusahakan
dalam skala kecil.
Untuk
pemupukan tanah, fosfat dapat langsung digunakan setelah terlebih dahulu
dihaluskan (sebagai pupuk alam). Akan tetapi untuk tanaman pangan seperti padi,
jagung, kedelai, dan lain-lain, pupuk alam ini tidak cocok, karena daya
larutnya yang sangat kecil di dalam air sehingga sulit diserap oleh akar
tanaman pangan tersebut. Untuk itu sebagai pupuk tanaman pangan, fosfat perlu
diolah menjadi pupuk buatan.
Variabel
yang sangat menentukan bagi fosfat sebagai pupuk alam adalah nilai kelarutannya
terutama kelarutan dalam asam sitrat 2 %, kelarutan pada asam tersebut
mencerminkan seberapa besar fosfat yang dapat diserap oleh akar tanaman.
Nilai
kelarutan fosfat dalam air ditentukan oleh jenis mineral fosfat, mineral
hidroksiapatit merupakan mineral fosfat yang mempunyai kelarutan tinggi, dengan
demikian idealnya untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat yang kandungan
mineral hidroksiapatitnya cukup tinggi.
Pupuk
superfosfat terdiri dari : Single Super Phosphate (SSP), Triple Super Phosphate
(TSP), Monoammonium Phosphate (MAP), Diammonium Phosphate (DAP), Nitro
Phosphate (NP), Ammonium Nitro Phosphate (ANP).
Superfosfat
merupakan campuran antara monokalsium fosfat dan kalsium sulfat. Salah satu
bentuk pupuk buatan adalah Super Fosfat, yaitu hasil reaksi antara tepung
fosfat alam berkadar 30% P2O5 dengan asam sulfat pekat (Moersidi Sediyarso,
1998).
Di luar kegunaannya
sebagai bahan pupuk, fosfat dalam bentuk senyawa lain digunakan dalam
berbagai industri. Asam fosfat direaksikan dengan soda abu atau batu kapur,
akan diperoleh senyawa fosfat tertentu. Asam fosfat dengan batugamping akan
membentuk dikalsium fosfat yang merupakan bahan dasar pasta gigi dan makanan
ternak. Reaksi sederhananya sebagai berikut:
Ca3 (PO4)2 + CaCO3 =====> Ca HPO4 (dikalsium fosfat)
Ca3 (PO4)2 + CaCO3 =====> Ca HPO4 (dikalsium fosfat)
Asam fosfat direaksikan
dengan soda abu menghasilkan 3 produk dengan fungsi berbeda. Reaksi
sederhananya sebagai berikut :
H3 PO4 + Soda abu ======> 1,2,3.
1. Sodium tripoly phosphate -----> sebagai bahan detergent
2. Sodium triotho phosphate -----> pelembut air
3. Tetra sodium pyro phosphate ------> industri keramik.
H3 PO4 + Soda abu ======> 1,2,3.
1. Sodium tripoly phosphate -----> sebagai bahan detergent
2. Sodium triotho phosphate -----> pelembut air
3. Tetra sodium pyro phosphate ------> industri keramik.
C. Uji atau Identifikasi Fosfat
Kemungkinan
adanya anion dapat diperkirakan dengan mengetahui kepastian kation apa saja
yang terdapat dalam larutan sampel pada percobaan terdahulu yaitu percobaan analisis kation.
Pengujian
asam sulfat encer dan pekat merupakan salah satu untuk mengetahui anion apa
saja yang terdapat dalam larutan sampel
. hal taersebut dikarenakan asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak
anion lemah keluar dari senyawanya.
Untuk
mendeteksi adanya anion tidak diperlukan metode sistematis seperti pasa kation.
Anion dapat dipisahkan dalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan
garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya. Namun, ini
hanya di anggap berarti untuk memberikan indikasi dari keterbatasan pada metode
ini.
Pengujian
anion dalam larutan hendaknya dilakukan menurut urutan :
1. Uji
sulfat
2. Uji
untuk zat pereduksi
3. Uji
untuk zat pengoksidasi
4. Uji
dengan larutan perak nitrat
5. Uji
dengan larutan kalsium klorida
6. Uji
dengan larutan besi (III) klorida
Uji pendahuluan awal pada analisis anion juga
berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan
kelarutannya. Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau dioksidasi
dengan asam sulfat pekat seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Umumnya anion dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a.
golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-,
Cr2O42-, BO2- , CO32-
, C2O42- , AsO43-
b.
golongan halida : Cl-, Br-, I-, S2-
c.
golongan nitrat : NO3- , NO2-, C2H3O2-
Anion fosfat
tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan dingin
Garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2,
BaCO3, BaC2O4,Ba3( AsO4)2 tidak larut dalam air kondisi basa, sedangkan garam barium
anion lainnya mudah larut. Berdasarkan sifat tersebut maka pemisahan dan
identifikasi untuk golongan sulfat dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi
BaCl2. Kecuali barium kromat yang berwarna kuning, garam barium lainnya
berwarna putih.
Jika larutan sampel diasamkan dengan asam nitrat dan
ditambahkan perak nitrat maka hanya golongan anion halida yang akan mengendap
sebagai garam perak, yaitu: AgCl (putih), AgBr(kuning), AgI(kuning muda), Ag2S(hitam).
Anion yang tidak menunjukkan uji yang positif untuk
kedua golongan di atas kemungkinan mengandung anion golongan nitrat. Jika
sampel mengandung beberapa kation maka uji pendahuluan diatas tidak cukup untuk
menentukan ada atau tidaknya suatu anion. Karena itu setelah pengujian
pendahuluan dilakukan maka perlu juga dilakukan uji spesifik untuk tiap anion.
Sulfat
Ambil
1 ml sampel, tambahkan asam dan BaCl2. Jika terbentuk endapan putih maka anion
sulfat ada.
Fosfat
(PO43-)
1.
Sampel
+ AgNO3 terjadi endapan kuning.
2. Sampel + amonium molibdat + asam
pikrat encer dipanaskan terjadi endapan kuning.
Atau
3 tetes larutan sampel + 2 tetes HNO3 6 M + 3 tetes pereaksi
ammonium molibdat dipanaskan Terbentuk endapan kuning.
3.
PO43-
+ Ba(NO3 )2 → Ba3(PO4 )2
putih + 2NO3-
4.
PO43-
+ FeCl3 → FePO4 putih kuning + 3 Cl-
Uji
anion PO43-, anion ini adalah hasil penguraian asam ortofosfat
(H3PO4), asam ortofosfat adalah asam berbasa tiga, yang
membentuk tiga deret garam : ortofosfat primer, mis NaH2PO4;
ortofosfat sekunder, misal: Na2HPO4;
dan ortofosfat tersier, misal Na3PO4. Pada uji ini 3
tetes larutan sampel ditambahkan dengan 2 tetes asam nitrat dan 3 tetes
reagensia ammonium molibdat dan hasilnya terbentuk endapan berwarna kuning.
Warna kuning yang terbentuk adalah warna dari ammonium fosfomolibdat .
Sebenarnya ammonium molibdat memiliki rumus , tetapi ionnya-lah yang digunakan
dalam persamaan kimia . Dari uji dapat diketahui terdapat anion fosfat dalam
sampel
Tabel
reaksi ortofosfat dengan berbagai jenis reagen
REAGENSIA
|
ORTOFOSFAT
|
1.
Larutan perak nitrat
|
Endapan kuning, larut dalam HNO3 encer
dan dalam larutan NH3 encer.
|
2.
Albumin dan asam asetat encer
|
Tidak terjadi koagulasi (penggumpalan)
|
3.
Larutan tembaga sulfat
|
Endapan biru pucat
|
4.
Campuran magnesium atau reagensia
Mg(NO3)2
|
Endapan putih, tak larut dalam
reagensia berlebihan
|
5.
Larutan cadmium asetat dan asam
asetat encer
|
Tidak ada endapan
|
6.
Larutan zink sulfat
|
Endapan putih, larut dalam asam asetat
encer
|
ada daftar pustakanya?
BalasHapus